Monday, February 25, 2013

Agar Dirimu Bahagia, Wahai Wanita..

Hari ini saya menemukan dan membaca Nasihat Untuk Wanita dari Dr. Aidh Al-Qarni, penulis buku Internasional Best Seller, "La Tahzan", dan puluhan karya lainnya. Kita memang bukan wanita yang sempurna, malahan tak akan pernah jadi sempurna. Saya pun rasanya malu saat membaca nasihat ini, tapi kembali lagi  rasanya tak  ada salahnya kita sama-sama mencari motivasi untuk terus belajar dan mencoba menjadi wanita terbaik bagi Tuhan kita, dan moga setelah membaca ini, kita bisa mengambil pelajaran dan menjadi seorang wanita yang bahagia.  Yuk disimak :)

nasihat untuk wanita

"Kepada setiap muslimah yang rela Allah swt sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Rasulnya. 

Kepada setiap pendidik yang berjihad di jalan Allah dengan untaian kalimahnya, menjaga norma-norma nya dan menyucikan jiwanya.

Kepada wanita yang bimbang dan bersedih, berbahagialah dengan dekatnya kemudahan, datangnya pertolongan Allah swt serta janji pahala yang besar dan terhapus segala dosa.

Wednesday, February 13, 2013

Hidup Tak Mengenal Siaran Tunda

Beberapa hari lalu saya mendapatkan taujih yang sangat membekas dari seorang saudara yang ngebacain salah satu bab dalam buku "Hidup Tak Mengenal Siaran Tunda" , karya Ahmad Zairofi AM. Gak tau kenapa saya suka tiap rangkaian kata-katanya, dan sangat ngena dengan saya saat ini. Inilah petikan bab awal dari buku tersebut, moga juga dapat menginspirasi :)


HIDUP TAK MENGENAL  SIARAN  TUNDA

Setiap potongan waktu adalah momentum. Setiap penggal masa adalah kesempatan. Masing-masing punya fungsi dan karakternya. Hari Senin ini bukan hari Senin kemarin, meski namanya sama. Jum'at ini juga bukan Jum'at kemarin. Meski sama-sama Jum'at.

Potongan-potongan waktu itu tak semata cukup dipahami sebagai kumpulan menit atau jam, saat kita menyelesaikan kerja, menyempatkan tidur, istirahat, berolahraga, beribadah, bercengkrama dengan keluarga, bepergian atau melakukan kegiatan lainnya. Tak cukup hanya itu. Sepotong waktu adalah momentum. Semacam pelontar, yang bisa melontarkan diri ke puncak sukses, atau sebaliknya menjungkalkan kita ke jurang kegagalan.

Maka momentum hidup tak saja saat orang merayakan ulang tahunnya. Atau saat datang hari raya. Atau saat usianya telah menginjak dewasa. Atau saat baru saja lulus sekolahnya, kuliahnya. Atau saat perkawinannya telah berusia setengah abad. Itu semua bisa jadi momentum. Tapi hidup jauh lebih kaya. Ada berjuta momentum, jauh lebih banyak dari sekedar saat-saat datangnya momen perayaan seperti itu.

Pagi yang menyapa dalam hangatnya adalah momentum. Saat kita memulai hari baru. Adakah ini kita isi dengan kebajikan, ataukah dengan kekerdilan? Siang yang terik adalah momentum. Saat tepat kita mendinginkan diri kita melalui ibadah siang. Ada jeda untuk mengisi ulang spirit. Saat petang menjelang adalah momentum. Ketika kita mencoba mengakhiri penat. Bertanya kita pada jiwa, adakah hari ini kita telah berkarya? Malam yang sunyi adalah momentum. Saat kita menunduk dalam diam. Bertanya kita pada batin yang jujur, adakah hari ini telah kita lewati tangga-tangga menuju kebaikan hidup?

Para Kesatria Sunyi oleh Salim A. Fillah

Untuk mengawali tulisan-tulisan saya selanjutnya di blog ini, berikut merupakan kultweet yang saya ambil dari twitter Ustad @salimafillah,...